William Soeryadjaya: Delapan Pelajaran dari Pendiri Astra International

william-soeryadjaya

Diterbitkan pertama kali pada bulan Februari 2016.

Astra International pertama kali didirikan dengan hanya terdiri dari 4 orang. Bisnis pertamanya adalah perdagangan, penjualan buah-buahan dan produk lainnya sebelum menjadi produsen dan pengecer otomotif terbesar di Indonesia dengan merek-merek seperti mobil merek Toyota dan motor Honda-nya.

Dalam kesuksesan setiap perusahaan, saya selalu bertanya-tanya, bagaimana caranya? Mendirikan sebuah perusahaan yang dapat bertahan selama puluhan tahun, dengan mempekerjakan ratusan ribu orang, dan memberikan efek yang positif terhadap perekonomian. Menurut saya, hal ini sangat luar biasa dan merupakan jalan hidup yang patut ditiru.

Banyak generasi sekarang yang mungkin tidak mengetahui lebih jauh mengenai kisah kehidupan dan perjuangan dari William Soeryadjaya. Saya sendiri pun mengalami sedikit kesulitan ketika memulai penelitian mengenai kehidupan beliau. Sumber utama tulisan ini berasal dari buku biografinya, yang ditulis oleh Teguh Sri Pambudi & Harmanto Edy Djatmiko, yang berjudul “Man of Honor”. Pada awalnya, saya memiliki sedikit pengetahuan tentang tokoh bisnis terkemuka ini, sampai akhirnya saya bisa membaca buku biografi beliau lebih dalam lagi.

Meskipun saya tidak mempunyai kesempatan untuk bekerja dengan beliau, tapi saya pribadi sangat terilhami oleh kisah dan tindakan beliau. Banyak kesaksian dari keluarga terdekat, teman-temannya yang dekat dengan wakil presiden Indonesia dan orang-orang yang pernah mengenal beliau secara dekat.

Inilah 8 pelajaran yang dapat saya pelajari dari pendiri Astra International:

1. Integritas di atas segalanya

Tidak ada seorang pun yang mau bekerja sama dengan orang-orang yang tidak memiliki moral.

Salah satu momen tersulit beliau pada masa hidupnya adalah ketika beliau harus melepaskan kepemilikan Astra Internationalnya demi nama baik keluarga. Sebagian besar dari kita mungkin masih ingat dengan sebuah bank yang berada diambang likuidasi yang disebabkan oleh krisis yang menghantam perekonomian Indonesia di tahun 1992, yaitu Bank Summa.

Ketika saya menceritakan kisah ini kepada kedua orang tua saya, mereka teringat kembali dengan kasus tersebut, karena ternyata orang tua saya juga merupakan salah satu nasabah dari Bank Summa. Orang tua saya bercerita bahwa pada saat itu, mereka sudah pasrah bahwa uang mereka tidak akan kembali karena bank Summa terancam bangkrut. Mereka hanya berjanji pada diri masing-masing, jika seandainya uang mereka dapat kembali lagi maka mereka akan menggunakan uang itu untuk berziarah ke Mekkah.

Kembali lagi ke kisah William Soeryadjaya, kasus bank Summa sebenarnya bukanlah tanggung jawab beliau, akan tetapi beliau merasa terpanggil untuk melindungi nama baik keluarga besarnya. Perlu diingat: bukan hanya nama pribadi tapi nama keluarga besar nya. Beliau mengatakan, bahwa tidak ada yang akan melakukan kerjasama bisnis dengan keluarga Soeryadjaya jika beliau tidak mau bertanggung jawab. Untuk membayar kewajiban bank kepada para kreditor berjumlah lebih dari US$1 miliar (kurs tahun 1992), beliau menjual semua sahamnya di Astra International dan melepaskan kepemilikan perusahaan yang telah ia bangun dari 35 tahun sebelumnya.

2. Memiliki jumlah uang yang besar bukanlah salah satu syarat untuk membangun sebuah perusahaan

Uang bisa dijadikan penghambat atau rejeki dalam hidup ini. Dalam kehidupan William, beliau tidak pernah mewarisi sejumlah besar uang dari orang tuanya. Kedua orang tuanya meninggal bahkan sebelum ia lulus dari sekolah dasar. Paman nya mengambil alih tanggung jawab ketika kedua orang tuanya meninggal. Beliau mulai masuk ke bisnis perdagangan dengan menjual apa pun yang bisa dia jual di awal perjuangan hidupnya.

Pada tahun 1957, beliau membangun Astra International dari nol pada usia 35 tahun. Hal ini dimulai setelah dia dibebaskan dari penjara yang disebabkan oleh kemitraan bisnis yang buruk. Bersama saudara-saudaranya, mereka membeli sebuah perusahaan kecil yang tidak aktif dengan maksud untuk menggunakan lisensi ekspor dan impor nya, sesuatu yang sangat sulit diperoleh ketika Anda berasal dari keturunan Tionghoa pada masa itu. Ketika bisnis mereka pertama kali dimulai, mereka menjual segalanya, dari mulai daging kornet hingga minuman limun. Meskipun peluang besar datang ketika pemerintah membangun Waduk Jatiluhur, dan Astra ditunjuk sebagai pemasok utama, proyek tersebut bukan proyek yang menguntungkan bagi Astra karena situasi hiperinflasi yang dialami Indonesia pada masa itu.

Ada satu lagi terobosan besar yang terjadi ketika pergantian rezim. Mantan presiden Soeharto memprioritaskan kebijakan untuk merangsang ekonomi dan mendorong perdagangan. Pergantian rezim ini membawa banyak peluang bagi Astra dan William. Mereka dipilih menjadi pemasok utama untuk berbagai proyek infrastruktur pemerintah seperti pembangunan Gedung DPR, jembatan baja di Jawa Barat, rekonstruksi jalan di seluruh Indonesia, hingga memasok sepeda ke petani di desa-desa kecil. Juga pada tahap ini, perusahaan otomotif raksasa Jepang Toyota Corporation sedang mencari mitra Indonesia yang akan melakukan tugas perakitan otomotif, serta bermitra dalam distribusi produk di Indonesia.

Jika diperhatikan, bahwa sesungguhnya banyak sekali peluang hidup yang datang di kehidupan kita bukan karena warisan atau kekayaan sebelumnya, tetapi datang sebagai hasil dari kerja keras selama bertahun-tahun dan memiliki reputasi yang bagus dalam bisnis.

3. Bisnis dapat berhasil dan gagal, bersiaplah untuk memulai dari bawah

Setiap bisnis yang kita lakukan, tidak langsung berhasil. Mulai lah dari bawah dan jika gagal, ulang kembali.

Tidak semua bisnis yang beliau jalankan selalu sukses. Sebelum memulai Astra, beliau memiliki banyak bisnis dan gagal. Beliau adalah pedagang alami. Secara alami, sebagian besar bisnisnya berputar di sekitar bisnis perdagangan. Pada tahun-tahun awal sebelum Astra, beliau menjual berbagai produk di pasar tradisional, memasok aspal untuk proyek-proyek pemerintah, penyamakan kulit hewan, serta menjual kasur lipat. Tidak ada yang bertahan, semuanya gagal karena berbagai alasan. Menjual tempat tidur lipat misalnya, berakhir ketika mitra bisnisnya bersekongkol melawannya untuk mengambil alih perusahaan.

Bahkan pada tahun-tahun berikutnya setelah kasus Bank Summa, William berencana untuk membangun dari awal sebuah “Astra kecil”. Dia akan menjadi produsen sepeda motor dengan Taiwan Golden Bee (TGB). Namun sayang, krisis moneter menghantam sebagian besar negara Asia dan kesepakatan itu terpaksa dibatalkan.

Sungguh menakjubkan melihat perjuangan seseorang yang telah kehilangan lebih dari US$1 miliar pada tahun 1992, tapi masih memiliki keberanian untuk memulai kembali kehidupan dan bisnisnya. Kebanyakan orang yang gagal dan kehilangan banyak uang, akan berhenti mengejar impian mereka. Tetapi hal tersebut tidak berlaku untuk William Soeryadjaya.

4. Peluang bisa datang dari mana-mana

Ide bisnis datang dari mana-mana, dan kadang-kadang berasal dari hal yang tidak diharapkan.

Salah satu kebiasaannya adalah membaca koran. Beliau membaca koran lokal dan internasional setiap hari untuk menemukan peluang. Kebiasaannya membaca koran terutama untuk menentukan kebijakan pemerintah saat ini dalam hal ekonomi domestik dan mengambil peluang bisnis di mana ia bisa menemukannya.

Di lain waktu, ada satu kesempatan muncul dimana ketika dia menggunakan kamar mandi dan bertemu dengan salah satu karyawan Astra yang dengan santai mengatakan bahwa ada bisnis yang bagus untuk dikerjakan. Dia mengatakan kepada karyawan itu untuk segera mengerjakan gagasan itu dan menggunakan modal pribadinya untuk memulai, bukan milik Astra. Saat ini, Federal Oil masih ada dan banyak digunakan untuk sepeda motor Honda. Bisnis ini tidak termasuk dalam Astra ketika diajukan untuk “go public” di awal tahun sembilan puluhan. Lebih lanjut, disebutkan dalam buku biografinya bahwa perusahaan tersebut menjadi penyelamat secara finansial bagi William ketika dia berhenti menjadi pemegang saham Astra.

5. Bermurah hati dengan semua orang

Kekuatan dalam memberi adalah rahasia hidupnya. Beliau memberi kepada semua orang tanpa ragu-ragu ketika orang melintasi jalannya.

Sebagai contoh, salah satu karyawan nya berpikir bahwa dia memberikan uang seratus dolar terlalu banyak untuk keamanan, dan memberikan jumlah yang sama kepada kedua kalinya. Satu-satunya jawaban yang beliau lontrakan adalah bahwa upah mereka sangat rendah, dan sangat tidak mungkin mereka akan sering melihatnya.

Beliau meyakini bahwa dengan memberikan sebagian saham kepada para profesional dalam menjalankan bisnisnya, maka mereka akan mengabdikan seluruh perhatian dan energi nya kepada perusahaan tersebut dan merasa saling memiliki. Ketika saya menyebutkan tentang kedermawanannya, hal itu tidak selalu berkaitan dengan sarana finansial.

Beliau juga mengungkapkan bahwa salah satu hal terpenting yang diberikan kepada karyawannya yaitu kepercayaannya. William bukan tipe pemilik bisnis dengan style manajemen mikro. Begitu dia memutuskan, dia akan memberikan kepercayaan penuh kepada manajernya untuk menjalankan bisnisnya dengan tepat. Hal ini pada gilirannya, memberi banyak “lulusan” Astra untuk berkembang dan dikenal sebagai pengusaha yang baik ketika mereka memutuskan untuk berpisah dari perusahaan.

6. Berhati-hatilah saat mencari mitra bisnis

Pengalaman bisnis yang kurang bagus yang pernah dialami beliau, dalam bisnis ranjang lipat, merupakan salah satu titik balik dalam kehidupannya. Bersekongkol untuk mengambil alih perusahaan, mitra yang memiliki koneksi dengan pemerintah yang berkuasa melaporkan William untuk penggelapan pajak yang tidak pernah dilakukannya. Akibatnya, ia harus tinggal di penjara selama satu setengah bulan karena laporan yang dituduhkan oleh salah seorang mantan rekannya.

Di sisi lain, menemukan mitra bisnis yang baik merupakan hal penting pada masa awal Astra William. James Sullivan adalah sosok yang banyak diakui selama masa-masa awal Astra. Dia adalah karyawan nomor 5 dan dipercaya menjadi Direktur Utama Astra yang membawahi lima orang, termasuk dirinya sendiri. Pada masa-masa awal, William membuktikan bahwa ia adalah seorang pekerja keras yang memiliki kemauan keras.

7. Membangun perusahaan dengan tujuan untuk memberi orang lain penghidupan

Beliau sangat senang memulai bisnis yang pada akhirnya menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Bahkan ketika perusahaan-perusahaan itu dikelola oleh tim manajemen dan menderita kerugian secara finansial, beliau berusaha untuk menjaga perusahaan tersebut tetap hidup dan menyediakan pekerjaan bagi para karyawannya. Beliau bersedia untuk membantu perusahaan-perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dengan modal sendiri untuk menjaga agar perusahaan tetap bertahan.

Suatu ketika, manajer di salah satu perusahaan besar miliknya datang kepadanya untuk melaporkan bahwa dia harus mengurangi persentase tertentu dari tenaga kerja untuk menjaga perusahaan tetap untung. Dia tidak bisa melihat cara lain untuk menjaga agar laba perusahaan tetap utuh, kecuali dia mengambil tindakan tertentu. Perlu dicatat bahwa William bukanlah tipe yang akan menyerang dengan mudah, bahkan dia dikenal sebagai satu kepribadian dengan tingkat toleransi dan pengendalian diri yang cukup tinggi. Sayangnya pada titik ini, alasan manajer tersebut tidak bisa di toleransi. Dia tidak bisa menyembunyikan amarahnya dan mengeluarkan kata kasar. Dia berargumen bahwa bukan kesalahan karyawan bahwa bisnisnya tidak berjalan dengan baik dan itu adalah pekerjaan manajer tersebut untuk menemukan cara bagaimana menjaga karyawan tetap bekerja sambil menjaga agar profitabilitas perusahaan agar tidak turun.

Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya menyediakan lapangan pekerjaan bagi karyawan perusahaan serta mempertahankan tingkat profitabilitasnya. Dia mengatakan bahwa profitabilitas perusahaan merupakan faktor penting karena akan memberikan sarana yang cukup bagi perusahaan untuk berkembang, sehingga memberikan lebih banyak pekerjaan kepada masyarakat umum dikemudian hari.

8. Meminta dari-Nya, dan kamu akan menerima

Setelah di penjara selama satu setengah bulan, William menjadi dekat dengan Tuhan. Boleh dibilang, pengabdiannya membuatnya fokus pada apa yang dia lakukan.

Poin ini mungkin berbeda dari setiap individu karena tidak semua orang menganut konsep “Tuhan”. Tetapi poin yang saya coba sampaikan di sini adalah kekuatan iman yang dimilikinya dalam setiap situasi sulit yang dia temui selama hidupnya. Setiap kali dia menghadapi masalah dengan karir pribadinya dan/atau bisnis, dia selalu mengingatkan orang terdekatnya untuk menaruh iman mereka kepada Tuhan dan terus percaya bahwa Tuhan akan selamanya menguji iman seseorang melalui kesulitan.

Selain imannya yang kuat kepada Tuhan, beliau tidak pernah melewatkan kesempatan untuk bersyukur. Itu diungkapkan oleh rasa terima kasihnya atas setiap hal kecil yang diterima seperti beliau selalu terlihat berdoa sebelum makan. William percaya bahwa sebelum menemukan Tuhan, dia merasa tidak cukup hanya dengan berterima kasih saja. Dia akan selalu berusaha menemukan cara untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya melalui tindakannya seperti lebih banyak memberi kepada yang membutuhkan.

Kesimpulannya, tindakan selalu berbicara lebih keras daripada kata-kata. Buku dapat ditulis untuk mendukung orang yang ditulisnya. Yang membuat saya percaya akan kisah hidupnya adalah tindakan berani yang dilakukan sepanjang hidupnya. Dia bisa saja meninggal dengan sebagian besar kepemilikan Astra International melekat pada namanya dan menyimpan namanya dalam daftar orang kaya majalah Forbes selama bertahun-tahun, tetapi dia memilih untuk tidak melakukannya.